Mahatani Masanobu Radjam |
Saat badan mungil tanpa sehelai benang keluar dari rahim saya dengan normal, sehat dan segera memekikkan suara, saya tak henti-henti mengucapkan syukur dan kebesaran Tuhan.
Hari itu tepat tanggal 14 Februari 2018 pukul 05.00 wib di Prabumulih, Sumatera Selatan. Perasaan saya campur aduk, bersyukur sudah pasti. Melihat si anak lanang lucu ini hadir ke dunia nggak neko-neko. Takjub, karena saya percaya pada diri saya sendiri kalau saya bisa melahirkan seorang anak. Saya pernah sempat berpikir saya tidak bisa memiliki anak karena pernah kena kista dan kelakuan saya yang sangat tomboy ini. Tapi ternyata Tuhan memberikan saya anugerah menjadi seorang perempuan. Lega sekaligus masih terasa sakit dan lelah. Induksi selama 9 jam memang sangat melelahkan dan non stop sakitnya. Ditambah setelah lahiran, bagian bawah harus dijahit dulu karena robekan jalan keluar kepala. Semua lengkap jadi satu di hari itu.
Proses Kelahiran Tergolong Cepat dan Mudah
Tanggal 13 Februari kontraksi sudah mulai terasa setiap 15 menit sekali. Dari awal kehamilan, saya selalu memberikan sugesti kepada diri saya dan si bayi agar lahir normal dan mudah. Selain tidak mau memberatkan Bapaknya urusan biaya, saya juga bertekad lahir normal dari rahim melalui liang vagina. Hari itu saya banyak-banyak berjalan. Baik jalan kaki mengelilingi rumah bolak balik, maupun jalan keliling sekitar daerah rumah. Makanpun saya usahakan sangat banyak, untuk antisipasi kalau hari itu saya sudah mulai persiapan lahiran.
Jam 2 siang, saya melihat ada cairan sedikit keluar dari vagina. Bagian liang mulai terasa seperti terkoyak. Saya coba tahan sebentar, tetapi saat jam 3 saya sudah merasa harus ke UGD rumah sakit. Segeralah kami berangkat.
Sampai di UGD dan observasi ternyata masih bukaan satu namun ketuban mulai sedikit merembes. Mau tidak mau masuklah ke ruang observasi persalinan, ditunggu sampai jam 8 malam.
Saat itu kontraksi masih stabil di 15 menit sekali. Jam 8 malam bidan datang ke ruang observasi, cek dan ternyata masih tetap bukaan satu namun air tetap keluar sedikit-sedikit. Mereka menghubungi dr. Susi, salah satu dokter kandungan yang mengklaim pro normal di Rumah Sakit Pertamina Prabumulih ini. Keputusan akhir adalah saya harus menjalankan proses induksi.
Saat bidan berkata seperti itu, saya sempat ragu dan meminta untuk menjalankan proses bukaan dengan alami tanpa induksi. Ini baru bukaan satu dan perjalanan masih panjang. Namun bidan berkata karena air ketuban merembes, yang ditakutkan adalah si bayi nanti terkena bakteri. Setelah diskusi dengan suami, pada akhirnya memutuskan untuk induksi dan saya tetap memastikan walau induksi saya harus bisa lahir normal. Bidan menjamin itu.
Induksi mulai dimasukkan ke dalam tubuh saya tepat jam 8 malam itu. Sampai jam 12, saya masih bisa makan enak dan tertawa-tawa. Mulai jam setengah satu malam, kontraksi meningkat 5 menit sekali namun rasanya masih agak nyaman sedikit. Saya masih bisa memejamkan mata sekitar 30 menit. Saat itu bidan datang dan mengecek bukaan, masih bukaan satu.
Perut terasa dikuras mulai dari jam 2 malam. Rasanya nano nano. Ingin kencing bolak balik dan buang air besar tapi sudah agak sulit. Rahim terasa lebih sakit daripada saat menstruasi hari pertama. Tiba-tiba saya merasakan hangat di bagian bawah dan air mengucur deras. Ternyata ketuban pecah.
Setelah ketuban pecah, waktu satu detik rasanya satu jam. Sakitnya sudah tidak tertahankan lagi. Bidan mengecek kembali ternyata sudah bukaan 4. Dan masih ditunggu 6 bukaan lagi.
Jam 4 dini hari, rasanya si bayi sudah ingin keluar. Bidan kembali mengecek dan ternyata sudah bukaan 8. Segera semua peralatan persalinan dikeluarkan dan dokter disegerakan untuk datang. Setengah jam kemudian dokter datang dan si bayi sudah tidak bisa menahan diri untuk keluar dari perut ibunya. Di sana saya merasakan apa yang dinamakan ambang hidup dan mati. Namun ternyata saya tidak ditakdirkan mati. Karena saya harus membesarkan si anak yang lahir tepat setelah adzan subuh. Alhamdulillah!
Mahatani Masanobu Radjam Lahir ke Bumi
Sesuai USG, dia lelaki. Nama sudah dipersiapkan jauh hari sebelum dia lahir. Bahkan sebelum dia dibentuk. Ada nama laki-laki dan perempuan yang sudah kami rancang. Apabila perempuan, maka nama pemberian saya yang akan dipakai. Sedangkan yang keluar sekarang adalah laki-laki maka yang dipakai nama pemberian Bapaknya.
Nama yang diberikan bapaknya kepada anak pertamanya ini memang kental unsur pertanian dan kecintaan bapaknya pada pertanian.
Mahatani. Dari awal kami memang sudah sepakat setiap anak selalu kami berikan nama Maha di depannya. Maha disini berasal dari nama saya, Maharani. Tani, yaa itu karena lagi-lagi kecintaan bapaknya terhadap pertanian.
Masanobu. Selain sepakat menggunakan Maha di nama awal, nama tengah kami gunakan nama seseorang atau tokoh atau apapun yang disesuaikan dengan kepanjangan Maha tersebut. Karena Tani, maka si Bapak memberikan dia nama Masanobu yang diambil dari seorang filsuf pertanian alami asal Jepang, yang menjadi tokoh panutan si Bapak yaitu Masanobu Fukuoka.
Radjam. Nama dari keluarga Prabumulih berasal dari nama buyutnya.
Nobu. Pada akhirnya kami sepakat memanggilnya dengan nama "Nobu". Dalam Bahasa Jepang, Nobu berarti dapat dipercaya.
Memulai Hidup Menjadi Ibu Baru
Menjadi Ibu memang tidak mudah. Bahkan saya yang selama ini banyak mengetahui tentang baby blues ternyata tidak terhindar juga dari kondisi psikis seperti itu. Perasaan panik, menginginkan hal terbaik untuk anak, skeptis dan emosi naik turun ternyata saya rasakan juga. Apalagi di minggu-minggu awal setelah Nobu lahir. Semua serba drama. Dimulai dari dia tidak boleh pulang terlebih dulu dan perlu diinfus karena leukositnya tinggi dan ada bakteri, ASI saya tidak keluar selama 2 hari tetapi saat hari ketiga tumpah ruah cuma si Nobu masih sulit nyusu. Tidak bisa istirahat dengan tenang, selain berusaha untuk memberikan ASI langsung ke Nobu namun selalu gagal dan dia nangis terus menerus sampai infusnya keluar darah.
Semua ini proses belajar. Setiap Ibu ternyata memang menginginkan yang terbaik untuk anak tetapi kadang belum tentu yang menurut Ibu baik, baik untuk si anak juga.
Perjalanan menjadi Ibu masih panjang, masih banyak tantangan yang perlu dihadapi!
No comments