Pembalut dan Rasa Malu


Seorang teman kantor meminta saya sambil berbisik, “Reka, lo punya “roti jepang” nggak?”. Waktu itu kebetulan saya memang habis dari toko di lantai bawah untuk membeli roti, dan kebetulan kedua, roti yang saya beli itu roti sobek jadi bisa dibagi dua ke teman. Tapi saya tidak tahu roti sobek itu dari Jepang atau bukan, toh mereknya berbahasa Indonesia. 
“gw ga punya roti Jepang, gw punyanya roti sobek,” jawab saya sambil menyodorkan roti sobek. Dia meringis dan berkata bukan itu. Ternyata yang dia maksud “roti Jepang” adalah pembalut. Saya tidak tahu kenapa ia mengumpamakan pembalut sebagai roti Jepang.
Kebetulan ketiga, saya selalu sedia pembalut di laci meja. Saya berikan ke dia, tanpa saya bungkus kertas atau plastik. Ia segera mengambil sambil malu-malu jangan sampai orang-orang di sekitar--yang isinya rata-rata laki-laki—tahu kalau dia meminta pembalut.
Saya jadi mengingat kembali saat masa puber dulu. Pertama kali merasakan menstruasi memang rasanya sangat malu. Apalagi kalau sedang tembus, rasanya malu sekali. Tidak hanya takut dibilang jorok, tetapi anak laki-laki terkadang suka mengejek.
Saat beranjak dewasa, saya mulai bertanya, kenapa mesti malu?
Iya, menstruasi itu hal yang lumrah dialami oleh setiap perempuan di dunia. Wajar memang darah keluar dari vagina perempuan karena sel telur yang ada di ovarium tidak dibuahi. Kenapa keluar darah, karena dinding-dinding tebal yang menempel di dinding Rahim luruh bersama dengan sel telur. Rasa malu, karena seorang perempuan yang “tembus” itu merasa terhina dianggap jijik dan jorok. Padahal, belum tentu ia tembus karena jorok. Bisa saja ia tidak tahu kalau hari ini menstruasinya keluar tanpa disadari.
Membawa pembalut harus sembunyi sembunyi dan mengganti kata “pembalut” dengan perumpaan lain, contohnya roti jepang atau roti isi stroberi. Apalagi kalau disekitar adalah laki-laki. Toh para lelaki juga keluar dari rahim seorang perempuan, yang setiap bulan mengeluarkan darah menstruasi.
Semenjak itu saya sudah tidak ada rasa malu membawa pembalut yang akan dipakai tanpa dibungkus apapun, melewati para laki-laki. Menstruasi hal yang wajar. Membawa pembalut tanpa malu-malu, adalah salah satu bentuk bahwa kita menghargai tubuh kita sendiri. (Cerita berdasar pengalaman pribadi)

No comments