Panen Patin-Dokumentasi Pribadi |
Selama ini, saya pribadi selalu menganggap ikan dori yang
menjadi bahan Fish n Chips dan
harganya lumayan menguras dompet itu berasal dari ikan laut. Apalagi setelah
saya tonton film Finding Nemo, ikan
laut berwarna biru dengan sirip kuning
kawan dari Nemo bernama Dory, maka otak saya terpatri bahwa ikan dori
yang pernah saya makan itu temannya Nemo. Sebagian orang pasti juga mengira
kalau ikan dori filet yang mahal itu juga ikan laut, sampai pada akhirnya saya
menemukan kenyataan yang membuat ekspektasi luruh.
Usut punya usut, apa yang saya kira selama ini ternyata
salah. Kebetulan minggu lalu, tepatnya hari Selasa (28/05) kantor saya ada
acara di Tulung Agung, Jawa Timur. Acara tersebut yaitu acara Panen Perdana
Ikan Patin dengan tema “Patin Untuk Negeri”. Saya iseng bertanya-tanya kepada
pihak Marketing dari kantor saya yang menangani panen perdana tersebut. Mereka menyebut
patin yang dipanen kemudian akan di proses menjadi patin fillet yang biasanya
di pasaran di sebut dori fillet. Dori? Kenapa namanya dori?
Ternyata, ikan dori yang masuk ke dalam restoran-restoran
mahal itu bukanlah ikan laut malahan ikan patin. Ya, patin! Ikan air
darat species pangasius Sp. yang
masih satu rumpun dengan ikan lele ini ternyata diam-diam menyusup ke dalam
restoran-restoran mahal dan lebih mengenaskannya lagi, ikan patin a.k.a dori yang
sudah dalam bentuk filet selama ini ternyata hasil impor dari Vietnam. Maka dari
itu, kantor saya yang bergerak di bidang akuakultur dan pengolahan makanan
berbahan dasar ikan serta udang mencoba menepis patin-patin impor di Indonesia
yang harganya tidak kira-kira.
Kenapa selama ini masyarakat awam mengenal dori sebagai ikan
laut dan bukanlah ikan patin air darat? Menurut General Manager Marketing area Jawa Timur di
kantor saya, Ibu Stephanie, menerangkan semua itu trik marketing dari Vietnam. Kalau
tetap memakai nama Pangasius atau catfish (seperti yang saya katakan di
atas, patin masih satu kerabat dengan lele), patin tidak bisa mendunia. Sedangkan
saat ini, patin-dori asal Vietnam selain berhasil menyusup ke Indonesia,
ternyata sudah memperluas sayap ke negara-negara Eropa dan Amerika, dengan nama
Dori lebih tepatnya. Patin-Dori juga digemari karena proteinnya yang tinggi,
sebanding dengan ikan salmon dan ikan cod.
Padahal sesungguhnya patin dari Indonesia, khususnya Jawa
Timur tidak kalah baik dibanding patin impor, tetapi karena minimnya budidaya dan
proses pengolahan yang baik sehingga patin dari Indonesia masih dipandang
sebelah mata. Sayang ya, pemerintah kita masih menutup mata hal-hal yang
potensial untuk digarap, contohnya ya seperti patin ini! Mereka lebih mencari
gampangnya saja, mengimpor dari negara lain padahal di negaranya sendiri ada
sumber modal cukup berpotensi. Miris.
Mendengar penjelasan tersebut, saya jadi ingat seperti
seorang biduan dangdut, untuk menjadi terkenal mereka harus mengubah nama asli
mereka yang terdengar “kampungan” menjadi nama “ke-kotaan” . Contohnya seperti
nama Astuti, karena kurang komersial akhirnya merubah namanya jadi Ratu Intan. Hahaha.
Patin… Patin… kamu penipu ulung, dengan nama bagus kamu bisa berubah menjadi
ikan primadona!
asem, brarti selama ini ak kena tipuuu
ReplyDeletedi rumah kl ad ikan patin ga pernah saya makan karena ilfeel, kl di resto saya pesan fillet dory fish, dan bayar mahal, ternyata sama aja, hadeeeh, tertipuuu
ReplyDeletewehehe.. maka dari itu, terkadang kita suka tertipu produk2 kapitalis. :D
DeleteTapi rasanya patin sama dory beda. patin lebih amis, dagingnya lembek dan rasanya masih ada rasa-rasa lumpur. dory lebih lembut dan dagingnya kering. selain itu dory fillet yang dijual di pasaran juga ukurannya lebih besar dan bentuknya tidak menyerupai patin sama sekali. itu menurut pengalaman saya.
ReplyDeleteitu semua tergantung bagaimana cara budidayanya mbak. kalau patin itu dibudidaya dengan baik, dengan memperhatikan pakan dan probiotik serta air, rasanya berbeda dengan patin pada umumnya.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteselamat pagi mbak maaf mau tanya, di jawa timur ini dimana yaaa tempat industri dan pembudidayaan patin a.k.a dori? dan apakah ada limbahnya?
ReplyDeletesekarang patin-dori lokal sudah banyak dipasaran dan di supermarket, dan memang rasanya masih kalah dengan dori import, dori lokal terasa sekali bau amis dan bau lumpur pada after taste di lidah, budidaya ikan patin nya harus lebih di tingkatkan lagi kualitas nya
ReplyDelete