Setiap individu memiliki peran, termasuk saya. Sang Sutradara telah memberikan naskah dan skenario kepada saya, termasuk setiap orang yang berada di sekitar saya. Menurut mata kamera saya, saya adalah pemeran utama dan lainnya adalah kameo tetapi tidak di mata kamera orang lain.
Skenario Sang Sutradara kadang mengasyikkan. Terlalu asyik bahkan memacu adrenalin melebihi lompat dari atas jurang dan kembali terhempas melayang ke udara. Skenario selalu saya dapatkan dari Sutradara setelah saya bangun pagi, sebelumnya saya selalu berbicara dengannya, diantara kami tak ada yang lain. Sang Sutradara tak pernah membantah protes, tak pernah sekalipun mengganti peran saya dengan peran orang lain dan saya tetap mau tak mau memerankan apa yang telah saya dapat sampai akhir.
Setiap detiknya berjalan, tidak ada pengulangan atau pemotongan. Semua terekam, sepersekian detikpun terpantau tanpa jeda. Di tengah jalan selalu ada pilihan, hal yang paling tak saya suka adalah babak ini. Terkadang pilihan yang diberikan tak selamanya mengasyikkan. Atau malahan kalau bisa saya ambil keduanya. Tetapi Sang Sutradara menetapkan, saya harus mengambil satu dan mengorbankan lainnya, bertanggung jawab dengan apa yang telah dipilih dan tidak mengacuhkan yang telah disisih. Saya tak suka kalau merasa salah pilih. Terkadang menyesal, kenapa harus memilih yang terlihat mudah atau menyenangkan atau cepat dan lain-lain? Belum tentu kalau saya pilih satunya saya menyesal.
Tapi kemudian, ternyata skenario tak henti di "kenapa-saya-salah-pilih". Ada skenario kejutan lain yang mungkin lebih menyenangkan, bahkan apabila saya merasa tidak-salah-pilih, ada kejutan yang memperburuk peran.
Seperti layaknya permainan dalam kotak "Play Station", skenario Sang Sutradara tak selamanya bisa diterka. Sama halnya ketika saya bertemu pemeran lain. Ada kalanya Sang Sutradara mempertemukan saya dengan pemeran lainnya yang menjadi pelengkap skenario kehidupan saya, adapula kemudian pemeran itu dihilangkan kemudian ganti lagi pemeran lain. Peranan saya, ya saya boleh gembira saat senang dan boleh bersedih saat hilang. Boleh marah saat kecewa dan boleh gundah saat cemas melanda.
Bahkan, suatu waktu akan tiba saatnya, ketika Sang Sutradara sudah bosan dengan peran saya yang mulai tidak berkompeten, sayalah yang akan dihilangkan dari skenario. Dan, skenario lain akan tetap berjalan sesuai sudut pandang kamera pemeran lain.
No comments