Prabu Raya


Dulu, kita pernah berbicara tentang keindahan sampai misteri setiap gunung-gunung yang kamu daki. Kamu membanggakan kegagahan, misterius dan kerasnya Semeru. Kamu mengagumi kecantikan dan keteguhan Rinjani. Kemudian kita saling menyayangi, mencoba berangan-angan apa yang akan kita lakukan kelak apabila terus bersama.


Menembus dera tantangan kehidupan ternyata tidak semudah ucapan-ucapan yang pernah kita sepakati. Padahal, kita pernah coba mempertahankan. Setiap kisruh, kita selalu mengingatkan pencapaian kita. Kadang aku ingin menyerah, mungkin kamu pun demikian.

Apakah kamu masih ingat angan-angan yang pernah kita bicarakan? Dua orang anak, lelaki dan perempuan dengan nama megah sisipan ceritamu itu?

Ah, tapi itu semua sudah tidak berlaku saat ini. Benteng pertahanan hancur sudah. Kita sudah memiliki visi, misi dan tujuan masing-masing. Tak ada lagi impian dan retorika. Semua telah terbungkus rapi dan diletakkan di sudut tergelap dalam kepala. Hanya ada beberapa goresan kata dan barang-barang yang masih tersimpan di tempat terang, tapi tidak untuk mengulang.

Kita kembali melebur dengan siapa kita sebelumnya. Kembali membenahi diri dan menjalani dengan siapa yang bisa menjadi fusi. Tapi aku tidak akan pernah lupa tentang dua buah nama yang pernah kita lontarkan dulu. Dua nama cantik dan gagah. Aku tahu, kamu pasti ingat itu.

  ***

"Ibu, aku punya teman baru di sekolah."

Ibu. Aku sudah dipanggil Ibu sekarang. Buah hasil dengan seseorang yang ternyata bisa menyatukan pemikiran sampai detik ini. Seorang anak perempuan, dan aku menamakannya Maharaya Rinjani.

Bukan karena aku masih mengingatmu. Sama sekali bukan. Tapi aku memang terlanjur jatuh cinta dengan nama itu. Aku panggil dia Raya, saat ini sudah bersekolah kelas dua Sekolah Dasar.

"Dia baru pindah sekolah. Namanya Prabu dan sekarang jadi teman sebangku."

Raya menceritakan tentang teman barunya itu. Ia memberikan kepadaku buku catatan Prabu yang ia pinjam.

"Aku pinjam buku catatan Prabu tadi, soalnya buku catatanku ternyata ketinggalan."

Buku catatan bersampul coklat khas anak sekolah. Ku amati label nama di sisi kanan bawah.

Mahaprabu Semeru.

Orang tuanya memberikan nama itu? Siapa yang pernah bisa membaca pikiranku? Ada yang mencuri nama itu dari pikiranku. Atau mungkin...




-Maharani, 2014
 

No comments