Pers dan Tumpangan Kepentingan


Freedom Of Press (source : swide.com)

Tahun 2014 adalah tahun politik. Tahun di mana partai-partai berlomba mempersolek diri dan berusaha mencuri kedudukan di hati rakyat. Para pemangku kepentingan yang terobsesi menduduki jabatan menggiurkan di pemerintahan. Berucap janji manis dan iming-iming palsu. Padahal nyatanya, rakyat saat ini masuk ke dalam fase skeptis terhadap pemeritahnya sendiri.



Di tahun ini pula, beberapa teman wartawan saya mengeluh dengan media tempat mereka bekerja. Tidak semua media, lebih tepatnya media-media yang ditumpangi oleh kepentingan politik si empunya.

"Beritanya titipan banget!" atau "gw harus bikin berita pencitraan!" atau beberapa ucapan-ucapan keluhan lain mengenai “si boss besar” yang mereka lontarkan.

Memang saat ini beberapa industri media jelas tidak bebas nilai. Padahal, esensi dasar dari media pers hanya menyiarkan tanpa memihak dan biarkan mereka penerima pesan mencerna dan memilih. Pers memiliki independensi untuk menyiarkan pemberitaan dan bukan disalah gunakan sebagai motor bagi para pemangku kepentingan yang menyusup menguasai salah satu industri media. Bahkan jelas tertulis pada Pasal 36 butir 4 Undang-undang Penyiaran yaitu aturan kewajiban menjaga netralitas isi siaran terhadap semua golongan.

Tapi apa yang terjadi? Beberapa media berulang-ulang menyiarkan partai bahkan seseorang pemangku politik untuk tetap eksis mempertontonkan pencitraan. Ruang pers masuk ke dalam penyalahgunaan. Dan wartawan hanya bisa menjalankan keinginan si pemilik, mengikuti apa yang disuruh dan menayangkan. Sang pemilik senang, apakah wartawan turut senang?

Pers memang media seseorang maupun sekelompok orang untuk menunjukkan eksistensi mereka, tetapi apakah pers perlu menjatuhkan diri untuk menjadi tumpangan para pemiliknya yang terjun dalam kegiatan politik?

Tak perlu menampik, media saat ini menuju era industrialisasi. Penyiaran bukanlah alat murni propaganda, tetapi sudah menjadi bagian bisnis demi meraup kepentingan masing-masing pemiliknya. Industrialisasi juga dengan mudah bagi para pemangku politik melakukan intervensi terhadap media.

Selamat hari pers nasional, semoga pers di Indonesia tetap kembali memiliki independensi dan bebas nilai dalam penyiaran.

No comments