Saat berjalan menyusuri stasiun KRL Sudirman, berjarak hanya
beberapa sentimeter saja saya bisa melihat hampir seluruh orang yang menunggu
di pinggir tempat tunggu kereta menunduk dengan khusyuk, terlalu khusyuk sampai
tidak peduli orang-orang disekitar. Saya
kira mereka sedang berdoa sebelum masuk ke gerbong kereta, eh ternyata setelah
melihat dengan seksama, jempolnya asyik menekan-nekan dan menggeser papan yang
mereka pegang. Papan berlayar, seperti talenan
yang biasa dipakai Ibu saya merajang bawang. Bunyi “tuk tuk tuk” juga sering
terdengar dari jempol yang saling beradu menekan ponsel pintar mereka.
Begitu pentingnya ponsel pintar bagi masyarakat, terutama
masyarakat urban saat ini. Ponsel pintar pun kegunaannya makin terbagi-bagi dan
beragam, tergantung kepentingan si empunya. Misalnya, untuk para pekerja media,
ponsel pintar sangat berguna untuk merekam, ketik cepat dan transkrip untuk
segera dikirim langsung via surel
atau surat elektronik ke kantor mereka. Untuk para pebisnis, ponsel pintar
dapat digunakan untuk menjual barang atau jasa mereka. Untuk para sosialita,
mempunyai gadget terkini dapat meningkatkan gengsi. Sedangkan untuk ibu rumah
tangga, mahasiswa, anak sekolah maupun masyarakat umum, ponsel pintar digunakan
untuk sosialisasi, ngobrol dengan teman via sosial media atau narsis bersama.
Rabu 2 Oktober kemarin, para pengguna ponsel pintar Blackberry berkicau kacau di linimasa sosial media. Mereka saling mengeluh masalah Blackberry Messenger yang mereka kirim ke teman maupun kerabatnya tak kunjung sampai, begitu pula sebaliknya. Tak terkecuali saya yang juga memiliki ponsel pintar tersebut.
Pihak Research In
Motion (RIM) mengklaim bahwa Blackberry Messenger yang sempat pingsan satu
hari penuh itu dikarenakan ada sistem yang bermasalah. Untuk para pengguna
ponsel pintar Blackberry untuk sementara tidak bisa melakukan hubungan komunikasi
dengan aplikasi tersebut.
Ibarat pepatah “banyak jalan menuju Roma”, banyak cara
melakukan penyampaian komunikasi selain menggunakan messenger yang sedang pingsan
tiba-tiba itu. Saya rasa para pengguna ponsel pintar pun tak hanya menggunakan
BBM untuk melakukan konversasi dengan teman-teman dalam layarnya. Mereka pasti
mengunduh messenger-messenger lain
seperti WhatsApp, Line, iMessenger dan sebagainya.
Lagipula, ada layanan yang namanya Short Message Service atau SMS. Jaman dahulu ketika ponsel masih
berbentuk batu bata yang siap ditimpuk, layanan SMS sangat digemari. Walaupun
hanya tersedia 160 karakter untuk menulis pesan, tapi media ini menjadi idaman
orang-orang kala itu. Sempat karakter SMS bisa diperpanjang menjadi 800 an
karakter sekali kirim tetapi tetap sama dengan membayar tiga kali kirim SMS. Bagi ponsel si penerima yang tidak bisa memuat
satu SMS penuh lebih dari 160 karakter, biasanya ada tulisan di bawah *some text missing* kalau SMSnya
nyangkut dan tidak bisa di baca.
Sekarang sepertinya orang mulai meninggalkan berkomunikasi
melalui SMS. Mereka lebih suka berkomunikasi via messenger yang dikata ‘lemot’ tapi tetap digemari. Kalau satu cara
tidak bisa diandalkan, kan masih ada cara lain yang bisa dilakukan.
telpon juga bisa :DD
ReplyDelete*OOT*