“tujuh belas agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita…”
Sepenggal lagu kemerdekaan untuk Indonesia. Ya, Indonesia memang telah merdeka. Seutuhnya? Yakinkah seutuhnya? Mari kita telaah kemerdekaan dan jiwa nasionalisme di tengah masyarakat Indonesia yang termodernisasi. Di setiap buku sejarah sekolah, Indonesia resmi memerdekakan diri pada tahun 1945. Proklamasi resmi bergema seantero negeri tanggal 17 Agustus. Pada masa itu masyarakat Indonesia secara keseluruhan menikmati kemerdekaan dengan syahdu dalam semangat patriotisme yang meluap-luap. Yakin Indonesia sudah merdeka sepenuhnya?
______________________________________________________________________
Enam puluh lima tahun setelah euphoria kemerdekaan di Indonesia. Enam puluh lima tahun Indonesia merdeka. Merdeka secara apa? Seluruh negara mengakui Indonesia sudah merdeka selama lebih dari setengah abad dari para penjajah yang sempat menjajah negeri ini selama berabad-abad lamanya. Jaman kala perang dan kehidupan heroik menjadi satu fase yang harus dihadapi oleh rakyat Indonesia. Merdeka, musuh sudah pergi!
Enam puluh lima tahun kemudian, sebuah pertanyaan dilontarkan kepada seorang anak remaja berusia 16 tahun yang bersekolah di sekolah bertitel “internasional” tetapi internasional made in Indonesia. “Kamu asli Indonesia?” Anak itu menjawab, “Ya, saya asli Indonesia. Saya lahir dan dibesarkan di Indonesia.”
Kemudian pertanyaan dilontarkan kembali, “Bisa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia?” Anak itu berpikir sejenak, kemudian ia berusaha menjawab “Hmm… Yang Ini bukan ‘berkibarlah benderaku, nanana’…”
Enam puluh lima tahun kemudian, sebuah pertanyaan dilontarkan kepada seorang Ibu muda dengan wajah 100% Indonesia tetapi tidak pernah berbahasa Indonesia, “Are you Indonesian, ma’am?” Ibu muda itu dengan spontan menjawab, “Absolutely yes! I’m Indonesian. I live in Indonesia. Why?”
Pertanyaan kedua dilontarkan kembali, “Can you speak in Bahasa? Why do you speak English?” Dengan bangga, Ibu muda itu mencoba berbahasa Indonesia campur-campur, “Of course yes, but maybe saya lebih senang memakai bahasa English because lebih universal and I think memakai bahasa Inggris itu lebih diakui secara internasional!” Padahal, bahasa Inggris si Ibu muda itu pun juga biasa saja dan banyak salahnya.
Enam puluh lima tahun kemudian, sebuah pertanyaan dilontarkan kepada pengusaha muda, “Mas bangga menjadi orang Indonesia?” Pengusaha muda itu menjawab, “Sebenarnya saya bangga menjadi bangsa Indonesia, tetapi banyak yang harus dibenahi di Indonesia. Pertama, stigma negatif Indonesia sebagai negara korupsi. Terkenal sebagai salah satu negara korupsi terbesar bukanlah kebanggaan. Banyak negara yang menganggap orang-orang Indonesia itu tidak bisa dipercaya untuk memegang uang. Selain itu, sarjana keluaran dari Indonesia saja terkadang nggak diakui sama orang-orang Indonesianya sendiri. Malahan, banyak orang Indonesia yang sekolah di luar dan kembali lagi ke sini dan langsung dielu-elukan. Padahal, belum tentu ia pintar!”
Enam puluh lima tahun ibu pertiwi dinobatkan merdeka. Coba tanyakan kepada anak muda, “Bajunya bagus, beli di mana?” Ia menjawab, “Di Singapore. Saya kalau belanja sekarang senengnya ke Singapore.” Pertanyaan dilontarkan lagi, “Kenapa beli di Singapore? Kenapa nggak beli di Indonesia?” Jawaban kedua menyiratkan pernyataan bahwa barang-barang di Singapore lebih berkualitas ketimbang buatan Indonesia. “Yaa, paling kalau beli buatan Indonesia, saya jarang beli yang di tempat-tempat biasa. Saya belinya di mall-mall dengan merek ternama.” Padahal, sebenarnya barang yang ia beli di Singapore hampir sama dengan barang yang di jual di pusat-pusat grosir. Mereka juga tidak tahu bahwa sebenarnya, merek-merek ternama yang mereka pakai itu dibuat di negaranya sendiri tetapi dengan lisensi luar negeri.
_____________________________________________________________________
Enam puluh lima tahun Indonesia merdeka. Merdeka dari sekelompok penjajah yang menjajah, tetapi bukan untuk sekarang. Indonesia masih terjajah oleh hal lain. Sebagai masyarakat Indonesia, menggali sensitifitas rasa kebangsaan dan bangga menjadi Indonesia saat ini adalah hal yang langka. Ini negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dahulu telah menumpahkan banyak darah dalam usaha kemerdekaannya. Enam puluh lima tahun yang lalu, nasionalisme Indonesia tidak perlu di pertanyakan. Bagaimana setelah enam puluh lima tahun itu sekarang dan enam puluh lima tahun yang akan datang?
No comments