Memahami Dunia Imajinasi Anak-anak Melalui Cerita dan Tulisan


Drama Anak

Sabtu petang 4 Juni lalu, saya bersama suami mengunjungi South Quarter Dome, gedung baru di kawasan TB Simatupang dan menyaksikan sekumpulan anak-anak Sekolah Dasar di atas panggung sedang bermain mini drama. Mereka membawakan cerita tentang Seorang Raja dan Ratu yang memiliki anak seorang Puteri bernama Fahira. Anak-anak itu memerankan perannya masing-masing dengan bersemangat. Sayang, saya menyaksikan mini drama mereka tidak dari awal karena terlambat datang.

Tidak hanya memerankannya, ternyata naskah cerita mini drama tersebut juga dibuat oleh mereka sendiri. Betapa kreatifnya mereka! Melihat kreatifitas dan antusias anak-anak mengikuti kegiatan tersebut, saya teringat kembali masa kecil. Saya di masa itu senang sekali menulis cerita di dalam buku tulis, kemudian saya bundle jadi satu apabila ceritanya berseri di buku lain. 

Namun perbedaan antara saya dan anak-anak yang mengikuti kegiatan Motivasi dan Berlatih Menulis untuk Anak-anak oleh Women’s Script Community adalah mereka mendapat arahan dan dukungan yang baik dalam proses penulisan dan imajinasi sedangkan dulu belum ada acara-acara seperti ini.

Mereka dilatih menulis, bercerita dan bermain drama dalam satu ekstrakulikuler yang dilaksanakan oleh para trainer Women’s Script Community di beberapa sekolah. Menurut Deka Amalia Ridwan, selaku Co Founder WSC dan Ketua Pelaksana acara tersebut, melatih anak-anak menulis dan bercerita berarti melatih keberanian mereka dalam mengembangkan kreatifitas dan imajinasi.

Membaca adalah Kunci Utama

Melatih  anak-anak untuk menulis dan bercerita memang harus sabar dan trainer pun juga orang yang senang dengan dunia anak-anak. Memperkenalkan mereka ke dalam dunia tulis-menulis dengan cara membuat mereka untuk senang membaca.

Sebelum memberi pelatihan menulis kepada anak-anak, Deka menuturkan untuk budayakan gemar membaca terlebih dahulu kepada mereka sehingga mereka dapat bebas menuangkan imajinasi.
Setelah itu, mereka dapat menulis kalimat awal dengan apapun yang mereka suka dan tidak perlu ragu. Mereka juga boleh memakai konsep cerita sesuai dengan apa yang mereka baca. Dalam kesempatan kemarin, Deka memberi contoh training kepada anak-anak untuk memunculkan ide cerita dari konsep Harry Potter. Mulai dari para tokoh sampai pembagian karakter, kemudian anak-anak diminta untuk membentuk cerita sendiri.

Hasil Karya Anak-anak Untuk Anak-anak

Deka Amalia, Co Founder Women's Script Community
Komunitas menulis WSC yang didirikan dari tahun 2011 ini telah menggodok penulis-penulis anak. Sebagian dari anak didik mereka sudah menerbitkan hasil karyanya. Selain beberapa buku yang sudah beredar di toko buku, masih ada 7 buku yang akan terbit hasil karya anak-anak yang dibimbing oleh para trainer WSC.

Membaca cerita hasil karya anak-anak memang berbeda dari membaca cerita anak-anak yang dibuat oleh penulis dewasa. Esensi “anak-anak” yang alami lebih dapat dirasakan disbanding dengan cerita yang dibuat oleh seorang penulis dewasa.

Lagi-lagi saya mengingat masa saya kecil dulu. Saat SD, cerita pendek atau cerita berseri yang saya tulis, saya sebar ke teman-teman sekolah. Saya juga senang apabila disuruh guru saya untuk membuat skenario drama untuk dipentaskan di acara perpisahan. Apresiasi dari teman-teman sendiri, menurut saya pribadi, sangatlah berharga.

Seandainya saya bisa menjadi anak-anak kembali, pasti akan senang mengikuti acara pelatihan menulis dan bercerita ini.

No comments