fineartamerica.com |
Mungkin aku saat ini sudah gila, atau orang-orang
disekitarku mulai gila. Sebetulnya aku benci dengan barang itu. Dengan barang
yang saat ini sudah terpasang rapih di kamar Ibuku. Mereka bilang itu kasur
sehat. Kasur yang Ibu beli dari seminar kesehatan mirip perekrutan jemaat
Tiberias dekat rumahku.
Semenjak kedatangan sekelompok anggota yang mengadakan
seminar kesehatan itu kehidupan di komplek rumahku seratus delapan puluh
derajat berubah. Kasur itu menjadi bentuk persembahan nomor dua setelah Tuhan
dan gedung serbaguna tempat mereka melakukan kegiatan seminar kesehatan adalah
tempat ibadah kedua selain mushola kecil seberang rumah.
Semua orang ingin memiliki kasur itu, berapapun lembar uang
yang mereka keluarkan adalah bukan persoalan. Selama mereka meyakini bahwa
kasur itu sangat bermanfaat untuk sehat. Termasuk Ibuku, yang terus menerus merengek padaku
menginginkan kasur itu. Padahal Ibu bukanlah seorang yang mengidap penyakit parah.
Sepulang dari kegiatan seminar, Ibu selalu bercerita
kegiatan yang mereka lakukan di sana. Bernyanyi, senda gurau, perhatian
diberikan dengan baik oleh para anggota acara. Tanpa ada keterpaksaan, kata
Ibuku. Membelipun tak apa-apa, tambahnya. Aku tidak mau membelikan Ibuku kasur
itu karena terlalu mahal. Namun Ibu terus membujuk. Rumah seolah bukan tempat
tepat untuk pulang. Ibu mulai kesal denganku karena merasa aku tidak
memperhatikannya.
Namun tiba-tiba, Ibu memaksa dirinya sendiri untuk membeli
kasur itu. Dengan uangnya sendiri, entah ditambah darimana. Kasur itu sudah
terpajang apik di kamar Ibu.
Selama kasur itu ada, Ibu jarang keluar kamar. Peduli aku
sudah datang pun tidak. Kecuali kalau aku masuk ke kamarnya dan kulihat ia
sedang berbaring di atas tempat tidur itu. Terus menerus.
Suatu waktu kasur itu rusak. Padahal belum ada satu tahun
usianya. Namun para kelompok pemasaran itu sudah hilang jejaknya. Tidak hanya
Ibu saja, beberapa tetangga yang membeli juga mengeluh bahwa si kasur mulai
rusak. Mereka coba menghubungi alamat yang diberikan, namun ternyata tidak
tersambung. Alamat pun ternyata palsu. Uang mereka ludes semua.
Jejak pun tak bisa dilacak. Para pelaksana seminar tidak
ada. Ibu hanya bisa terdiam dan meratapi si kasur itu.
No comments