Seekor Kera Di Atas Kepala

Source
 
Namanya Ima. Dia cantik. Seperti apa kecantikannya, aku tidak bisa menjelaskan karena aku bukan pujangga picisan. Aku tidak bisa mengibaratkan perempuan itu bagaikan sesuatu. Pokoknya dia cantik. Dulu aku melihat dia sebagai seorang perempuan biasa saja, tak sedikitpun aku tertarik padanya. Sampai suatu waktu, aku berbicara berdua dengannya, dan aku menerima sengatan-sengatan listrik dan reaksi kimia yang timbul dari tubuhnya.

 Dia merubah hidupku, keseluruhan hidupku. Aku senang berada didekatnya. Setiap kali aku bersama Ima, waktu serasa berlari cepat dan menghilang begitu saja. Dia mengajariku segala macam yang ia tahu. Dia bukan seorang perempuan pada umumnya, ia mengetahui segala hal yang orang lain tak tahu, bahkan kehidupan ku sekalipun. Tanpa aku cerita, ia mengetahui masa laluku. Orang lain berkata ia cenayang dan ia punya susuk yang ditanam di dalam tubuhnya. Peduli setan omongan orang, aku jatuh cinta dengan perempuan itu.

Ima pernah berkata, selama ini kepalanya dihinggapi seekor kera ganas yang siap menerkam siapa saja. Aku bilang, aku juga punya. Aku memelihara kera di kepalaku dan siap melahap otakku kapan saja. Ia tertawa terbahak-bahak dengan gurauanku, tetapi ia bilang kepadaku, bahwa ucapan yang dia ungkapkan padaku bukan gurauan. Orang lain tidak bisa melihat kera itu, begitupun dengannya. Ia hanya bisa melihat ekor kera yang sering menjuntai dan jatuh di pundaknya. Aku berpura-pura berkata bahwa aku melihat ekor kera itu. Ia tetap bersikukuh bahwa aku hanya berbohong dan tidak ada seorang pun melihat sosok kera di kepala.

Suatu waktu ia datang ke rumahku, ia mengeluh bahwa kera yang berada di atas kepalanya tidak menyukaiku. Ia minta aku meninggalkan dia. Aku bilang aku tidak bisa meninggalkan begitu saja tanpa alasan logis. Ima tetap menyuruhku meninggalkannya. Ia berbicara serius dengan tatapan dalam melekat di kedua mataku, apabila aku tidak meninggalkannya, kera di atas kepalanya akan memakan otakku hidup-hidup. Aku tertawa mendengar omongan Ima. Bagaimana aku bisa percaya, melihatnya pun tidak. Aku masih tetap mencintainya walaupun ia berkata hal yang tidak wajar. Pada akhirnya, aku menuruti keinginannya karena aku melihat raut wajahnya tidak main-main saat meminta padaku untuk meninggalkannya.

Sedih sebetulnya aku harus meninggalkan perempuan yang ku cintai karena alasan yang tak masuk akal, tapi karena itu permintaannya lebih baik aku mengalah. Dua minggu sudah aku meninggalkan tanpa tahu kabar berita. Ada yang bilang, kera di kepala itu hanya bualan ia belaka. Sesungguhnya ia sudah bosan padaku dan ada lelaki lain yang menyelinap ke dalam kehidupannya. Sekali lagi, aku tidak peduli kasak-kusuk orang lain karena aku tidak melihat bukti apa-apa.

Kemarin, temanku yang kebetulan teman Ima juga datang padaku. Ia membawa kabar Ima tewas dengan kepala pecah dan belum diketahui apa penyebabnya. Ia memberikan foto terakhir dia dan Ima kepadaku, aku melihat di pundak sebelah kirinya ada ekor kera berwarna coklat muda menjuntai panjang tanpa terlihat badannya.

-Maharani, 2014

No comments