 |
The Girl at The Door (source : BBC UK) |
Saat ini aku sendirian. Rasanya aku ingin datang ke tempatmu, mengetuk
pintu kamarmu dan memelukmu sekarang juga. Kemudian kita bercerita sampai larut di
kamarmu, berdua saja. Tertawa terbahak-bahak mendengar gurauanmu yang
sesungguhnya tak lucu tapi entah kenapa aku bisa sampai tertawa kencang.
Melihat tingkah anehmu saat bercerita, disisipi kepercayaan dirimu
hampir narsisistik saat kau memperagakan sesuatu.
Aku
ingat betul waktu itu, setelah lama kita tak berjumpa, aku datang ke tempatmu dan
kamu terperanjat kaget. Kamu menikmati kejutan dariku. Sayangnya, saat
itu aku tidak bisa menginap di tempatmu karena aku harus pulang, masih
ada yang menungguku untuk pulang. Padahal, aku juga rindu. Kau menahanku
untuk tidak cepat cepat meninggalkan kamarmu, tapi aku tidak bisa.
Wajahmu berubah seketika. Aku tahu, aku juga merasakan itu.
Semenjak
aku membuat kejutan kedatanganku ke tempatmu saat itu, aku sudah tidak lagi
menemuimu dan kau sepertinya berusaha membuangku dari pikiranmu pula.
Sesungguhnya tak ada sedikitpun maksud untuk meninggalkanmu, karena aku tahu kita
tidak akan pernah melebur jadi satu.
Sudah hampir tiga
tahun kita berpisah, tapi kau tidak luput dari kenanganku. Malahan,
seandainya waktu bisa diulang atau dihentikan, aku ingin kembali
mengulang saat masih bersamamu.
Saat ini aku tekankan, aku
sendirian. Aku sekarang bertempat tinggal hanya tiga ratus meter dari tempatmu.
Rasanya aku tak kuasa ingin mengetuk kembali dan berharap kau keluar
dengan wajah sumringah menyambutku.
Aku bimbang, haruskah aku datang kembali ke tempatmu? Saat ini? Demi melampiaskan rasa rindu teramat sangat padamu?
Secara
tak sadar, kakiku melangkah menuju daerah tempatmu. Aku ikuti saja
sudah maunya dia. Sampai akhirnya aku berada di tempatmu, masih seperti
biasa. Cat berwarna gading cerah. Haruskah aku mengetuk pintu?
Aku
mendekatkan tubuhku ke pintu kayu berwarna putih dan menjulurkan
tangan yang kukepal, siap mengetuk. Ku urungkan kembali dan ku jatuhkan
tanganku. Sudahlah, mungkin kau sudah tak mau menerimaku lagi. Mungkin
kamu sudah berubah, pikirku. Tapi aku masih tetap berdiri di depan
pintu.
Aku mulai mengepalkan tanganku lagi dan saat ini
aku memantapkan hati untuk benar-benar mengetuknya. Aku mengetuk agak
kencang sebanyak tiga kali. Tak mendengar suara apapun dari balik pintu.
Ku ketuk kembali tiga kali. Sayup sayup aku mendengar teriakan dan itu
suaramu.
"Yaaa sebentar! Siapa ya?"
Kamu bertanya dari dalam dan aku sengaja tidak menjawab. Aku ingin mengulang lagi kejutan kecil seperti dulu.
Pintu terbuka sedikit. Aku tertegun. Kita berdua saling memandang dan sama-sama terperangah.
"Cari siapa?"
Di
depanku, yang berhadapan denganku bukan sosokmu. Suara manismu yang ku dengar sayup-sayup tadi tetapi bukan kamu yang menyambutku. Di depanku, seorang
lelaki kurus bertelanjang dada dan bercelana pendek membuka pintu.
Ternyata, kau sudah tak sendiri.
"Maaf, sepertinya saya salah alamat. Terima kasih." sudahlah, aku pulang.
-Maharani, 2014
No comments