![]() |
Sigur Ros, Istora Senayan |
Kekuatan musik
terdiri dari dua unsur, lirik dan instrumen. Walaupun lirik tidak dimengerti,
tetapi Sigur Ros berhasil membius dan mengajak para penonton menikmati alunan
demi alunan ambiensi Falsetto Jonsi dan instrumental musik mereka.
Jumat, 10 Mei 2013 adalah hari yang tak akan pernah saya
lupakan dan saya menyatakan bahwa diri saya adalah seorang “LUCKY BASTARD”. Yeay
I’m a Lucky Bastard! Oke saya akan memulai semua cerita di hari itu.
![]() |
Sigur Ros Ticket (Thanks Ndeee'...) |
Sigur Ros, band Ambient Post-Rock asal Reykjavik, Islandia --negara
bagian Eropa Utara tempat aurora dengan mudah tertangkap mata menggeliat di
atas langit—adalah salah satu band pujaan saya. Saya tidak menyangka mereka
akan datang tepat di hari sebelum ulang tahun saya dan yang lebih membuat saya
beruntung lagi adalah saya mendapatkan tiket itu secara cuma-cuma alias GRATIS
dari salah satu teman band saya. Itulah mengapa saya merasa sebagai seorang
yang sangat beruntung.
![]() |
Sigur Ros dibalik layar |
![]() |
Videografi sempurna memanjakan mata |
Konser yang diadakan di Istora Senayan ini menyihir ribuan penontonnya. Dimulai pukul 9 malam, sehelai kain putih raksasa membentuk seperti layar yang menutupi panggung menampilkan visual-visual absurd dan videografi awal mula manusia dan bayi-bayi. Ya, bayi itu terinspirasi dari adik Jonssi Birgison (vokalis) yang namanya dipakai untuk nama band tersebut. Dibalik layar, mereka mulai melantunkan lagu untuk pembukaan yaitu lagu Yfirboro yang mereka ambil dari album terbarunya, Kveikur, yang akan rilis bulan Juni 2013 nanti. Lampu sorot juga menyorot Jonsi sehingga terbentuklah siluet dirinya di dalam layar putih itu sambil menggesekkan bow ke gitar.
Saat lagu Vaka,
layar raksasa itu terbuka dan memperlihatkan semua yang ada di dalamnya,
mereka, para personel Sigur ros beserta dengan para additional playernya. Dan oh,
terdapat layar LED super besar yang menampilkan videografi-videografi cuplikan
dari video klip-video klip lagu yang mereka mainkan digabung dengan visualisasi
psikedelik. Permainan lampunya pun ciamik punya. Lampu-lampu kecil seperti
lilin dipasang di setiap alat musik mereka, dan berhentak maupun melantun
sesuai irama.
Hoppipolla mengalun. Lagu yang sudah tak asing di telinga para penonton mengajak khalayak seolah berada di titik orgasme,
semuanya sempurna! Apalagi para penonton ikut berdendang, walaupun saya yakin
sebagian besar pasti tidak tahu liriknya apa. Termasuk saya. Puncak klimaks konser ini yaitu
saat Olsen-olsen mulai menggema di dalam Istora. Saya benar-benar merinding. Sungguh.
Permainan lampu, Guitar Bow dan
falsetto Jonsi, permainan flute dan dentingan piano, visualisasi gugusan
bintang di dalam LED raksasa, membawa para penonton mengawang-awang “menatap-sepatu”
yeah this is what a shoegazer did.
Di tengah-tengah konser, Jonsi mencoba menyapa penonton
dengan dua kalimat singkat yaitu “thank you” dan “thank you very much”, cara
berinteraksi dengan penonton yang aneh memang, tapi tak apa lah, ia sudah
berusaha berinteraksi melalui musiknya.
After encore,
mereka datang kembali memainkan lagu dari Album Von, album pertama mereka di
tahun 1997. Dua lagu, Glosoli dan Popplagio (Pop-Song) ternyata menjadi
lagu penutup dari mereka. Ah tidak! Kenapa konser ini cepat berakhir? Setelah saya
lihat jam, ternyata mereka telah membelai telinga dan memanjakan mata saya
selama dua jam. Wow!
Konser pertama Sigur Ros ini benar-benar keren, walaupun
dalam sisi sound, drum yang
dihentakkan oleh Goggie terdengar agak pecah. Tapi so far tidak ada cela untuk atraksi mereka. Sigur Ros sukses menghipnotis para pecintanya dengan sempurna. Seandainya konser ini
diadakan di Dieng atau di Bromo, mungkin konser ini bisa dihayati benar-benar.
Sigur Ros. Lugete!*
*)in proverbia latina : Merataplah!
No comments