Euphoria of Gig Phenomenon

http://i1.ytimg.com/vi/jXSLLTtjYvo/0.jpg
Dandanan anak muda a la Hipster, geeky, Mods, Hardcore hingga Rock n roll. Skinny jeans, Ray ban wayfarer , T-shirt berbau new waves, converse chucks sneakers di tambah dengan potongan rambut a la Paul Mc Cartney atau Mars Volta. Beer, anggur merah hingga inti sari.
Semua berbaur menjadi satu, berkerumun di dalam sebuah kafe sempit, dengan peralatan musik di depan mereka yang siap untuk dipergunakan dan mampu membuat mereka dari foreplay hingga titik orgasme ambiensi musik di dalam ruang sempit itu. Dari macam anak band yang menamakan mereka indie yang baru tumbuh, berkembang hingga mereka yang bandnya sudah terkenal namanya di setiap pertunjukkan. Itulah pertunjukkan music underground atau yang sering disebut sebagai gigs di kalangan anak muda jaman sekarang.
Di luar negeri, gigs mulai berkembang di era 70an dengan scene Madchester di Inggris, era New waves dan Punk memang sedang hip saat itu, di mana era-nya pemusik-pemusik seperti Buzzcocks, Joy Division, Happy Mondays hingga Sex Pistols. Seperti yang di kisahkan di dalam film 24 Hour Party People, yang menceritakan kisah nyata perjalanan gigs band-band tersebut bersama dengan Tony Wlson, seorang wartawan dari Granada TV.
Di Indonesia sendiri, gigs ada dari tahun 90 an, tetapi mulai hip semenjak tahun 2000an. Berawal dari ide anak-anak kota kembang, Bandung yang mencari kesenangan dalam bermain musik dan berpesta ria yang berbeda, hingga salah satu radio anak muda di Indonesia menampung ide-ide gila mereka yaitu  Thursday RIOT! Dari mulai dedengkot band indie di Indonesia yaitu Pure Saturday sampai masa di mana anak-anak muda bergaya elektrik nyentrik hingga poser bertebaran dimana-mana. Mereka berkerumun dan datang dari kafe ke kafe di mana band mereka bermain. Bahkan sampai ada kampus yang mau berbagi kesenangan dalam membentuk acara macam gigs yang berjalan hingga 24 jam non stop yaitu IKJ dalam Kampus 24 Jamnya. Pencapaian titik berkembangnya gigs di Indonesia sekitar tahun 2004 sampai sekarang dan mulailah berbagai macam band-band baru dengan berlabelkan indie bermunculan.

http://rebelzine.files.wordpress.com/2008/12/wsatcc1.jpg
Dari Zeke and The Popo dan The Porno, ataupun Monkey to Millionaire hingga Ballads of The Cliché. Selama beberapa tahun belakangan, markas group band Ballads of The Cliché yang merangkap sebagai toko yang menjual merchandise maupun CD-CD band indie, Hey Folks! sering mengadakan acara musik yang dinamakan We Are Pop! Tetapi bukan berarti isi acaranya hanya mendatangkan band-band Pop berirama folkie saja tetapi berbagai macam aliran band yang bermain di acara ini. Gig outdoor ini berlangsung dari siang sampai jam sepuluh malam.
Euphoria gigs di Indonesia, walaupun sekarang sudah agak menurun, tetapi masih tetap bisa mengajak para penikmat musik ataupun hanya sekedar poser datang untuk menikmati dan bergabung dengan para crowd lain mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan dari band-band favorit maupun teman-teman mereka sendiri.

No comments